5 Kesalahan Umum Pengusaha Kecil Menengah Saat Membangun Jaringan Bisnis
5 kesalahan yang sering bikin pengusaha Indonesia gagal networking: nggak autentik, terlalu egois, kurang persiapan, jarang nanya, dan lupa follow-up.
Di dunia bisnis yang semakin terhubung seperti sekarang, membangun jaringan atau networking menjadi fondasi utama bagi kesuksesan pengusaha. Bayangkan Anda berada di salah satu acara diskusi rutin yang kami adakan di Matasigma, di mana para pengusaha dari berbagai sektor berkumpul untuk berbagi pengalaman. Sebagai perusahaan yang telah lama berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan bisnis di Indonesia, Matasigma sering menggelar sesi diskusi mendalam dengan klien kami—bukan hanya sebagai penyedia solusi teknologi, tapi juga sebagai mitra strategis yang memahami tantangan sehari-hari di ekosistem lokal. Kami melihat bagaimana networking bisa membuka peluang kolaborasi, seperti saat klien kami dari sektor manufaktur bertemu dengan pemasok potensial di forum kami, yang akhirnya menghasilkan kemitraan jangka panjang.
Di luar peran kami sebagai penyedia layanan bisnis berbasis teknologi, kami aktif mengadakan workshop dan kopdar (kopi darat) bulanan dengan klien dari UMKM hingga korporasi besar. Tema networking sering menjadi sorotan, karena kami percaya bahwa hubungan antar-bisnis adalah kunci bertahan di tengah fluktuasi ekonomi Indonesia, seperti dampak pandemi atau persaingan di platform e-commerce. Menurut pengamatan kami dari ratusan sesi diskusi, networking yang efektif bisa meningkatkan reputasi bisnis hingga 30% dan membuka akses sumber daya yang krusial. Namun, tanpa pendekatan yang tepat, upaya ini justru bisa gagal total.
Artikel blog ini terinspirasi dari pengalaman di diskusi Matasigma, di mana kami sering mendengar cerita klien tentang kesalahan yang mereka lakukan saat networking. Artikel kami kali ini ditujukan khusus untuk pengusaha Indonesia yang sedang berjuang membangun bisnis di tengah tantangan seperti regulasi ketat atau akses modal terbatas, kami akan bahas lima kesalahan umum beserta solusinya. Mari kita gali lebih dalam, agar Anda bisa menerapkan insight ini di acara bisnis selanjutnya, mungkin bahkan bergabung dengan sesi kami di Matasigma.
Mengapa Networking Penting, dan Bagaimana Matasigma Mendukungnya?
Sebelum masuk membahas beberapa kesalahan ketika melakukan networking, pahami dulu esensinya. Networking bukan sekadar bertukar kontak di event seperti pameran di JIExpo atau forum Kadin. Ini tentang menciptakan hubungan saling menguntungkan yang bisa berkembang menjadi kolaborasi, seperti yang sering kami fasilitasi di Matasigma. Sebagai perusahaan yang fokus pada pengembangan bisnis holistik, kami mengadakan diskusi rutin dengan klien untuk membahas strategi networking, termasuk bagaimana memanfaatkan budaya gotong royong Indonesia dalam membangun jaringan.
Dari pengalaman kami, 70% klien yang aktif networking melalui sesi kami melaporkan peningkatan peluang bisnis, seperti akses ke investor lokal atau mitra ekspor. Di Matasigma, kami tidak hanya bicara teori; kami ajak klien berlatih langsung, misalnya melalui role-playing di workshop kami. Ini relevan untuk pengusaha di sektor seperti agribisnis atau ritel, di mana koneksi dengan pemasok atau distributor bisa menentukan kelangsungan usaha. Tapi, seperti yang sering dibagikan klien kami, kesalahan kecil bisa merusak semuanya. Yuk, kita mulai dengan kesalahan pertama.
Kesalahan 1: Kurang Orisinil Saat Memperkenalkan Diri
Dalam diskusi Matasigma, salah satu keluhan paling sering dari klien adalah rasa tidak nyaman saat bertemu orang yang "berpura-pura". Banyak pengusaha Indonesia, terutama yang baru memulai, cenderung melebih-lebihkan pencapaian bisnis mereka untuk terlihat impresif. Misalnya, di sesi networking kami, seseorang mungkin mengklaim omzet bulanan mencapai miliaran padahal masih dalam tahap bootstrapping. Ini seperti memakai baju yang terlalu ketat—pada akhirnya, terlihat dipaksakan dan merusak kepercayaan.
Di konteks Indonesia, budaya kita yang menghargai kesederhanaan dan kejujuran membuat sikap tidak orisinil ini semakin terlihat. Klien kami sering cerita bagaimana di acara seperti Indonesia Startup Summit, pendekatan palsu justru membuat calon mitra menjauh. Sebagai perusahaan yang menekankan autentisitas, Matasigma selalu ingatkan klien untuk tetap diri sendiri, karena investor seperti dari para perusahaan modal ventura lebih menghargai cerita tulus daripada janji kosong.
Cara mengatasinya? Di workshop kami, kami ajarkan klien untuk mulai dengan cerita pribadi yang jujur. Contoh: "Saya menjalankan bisnis kerajinan tangan dari bahan daur ulang di Solo, dan tantangan terbesar saya adalah pemasaran digital." Ini membuka pintu obrolan alami, seperti yang kami lihat di sesi diskusi terakhir kami dengan klien UMKM. Latih diri sebelum event, dan ingat, di Matasigma, kami sering simulasi ini agar Anda siap. Hasilnya, hubungan yang dibangun lebih kuat dan berkelanjutan.
Kesalahan 2: Terlalu Fokus pada Diri Sendiri
Di sesi diskusi Matasigma, kami sering dengar klien mengaku pernah gagal networking karena terlalu banyak bicara tentang diri sendiri. Ini seperti monolog di tengah keramaian event, di mana orang lain merasa diabaikan. Di Indonesia, di mana bisnis dibangun atas dasar saling bantu—seperti gotong royong di komunitas UMKM—sikap self-obsessed ini sangat off-putting. Sebuah survei internal kami, terinspirasi dari riset global, menunjukkan 60% kegagalan networking berasal dari kurangnya interaksi dua arah.
Bayangkan di forum bisnis seperti yang kami adakan, Anda cerita panjang tentang rencana ekspansi tanpa tanya balik tentang pengalaman lawan bicara. Klien kami dari sektor makanan sering alami ini, dan akibatnya, peluang kolaborasi hilang. Sebagai mitra yang mendukung pertumbuhan inklusif, Matasigma tekankan prinsip "give and take" dalam setiap diskusi kami.
Solusinya: Bagikan passion Anda dengan cara yang mengundang respons. Di sesi kami, kami sarankan: "Bisnis saya di bidang logistik terinspirasi dari efisiensi pasar tradisional. Bagaimana pengalaman Anda mengelola rantai pasok?" Ini membuka ruang berbagi, seperti yang kami lihat saat klien kami terhubung dengan supplier baru. Terapkan di platform seperti LinkedIn atau grup WhatsApp, dan follow-up dengan diskusi lanjutan. Di Matasigma, kami bantu klien bangun kebiasaan ini melalui sesi role-play, sehingga networking jadi pengalaman menyenangkan.
Kesalahan 3: Tidak Siap Sepenuhnya
Persiapan sering diremehkan, tapi di diskusi Matasigma, ini jadi topik panas. Banyak klien datang ke event tanpa elevator pitch yang matang atau bahkan lupa kartu nama. Di tengah kesibukan seperti mengurus sertifikasi halal atau stok barang, mudah saja mengabaikan ini. Tapi, saat bertemu potensi mitra di acara seperti AgriBiz Expo, ketidaksiapan bisa hilangkan kesan baik.
Klien kami sering cerita kegagalan karena grogi saat pitch, terutama di event ramai seperti yang kami gelar. Di Indonesia, di mana waktu terbatas karena lalu lintas atau jadwal padat, persiapan adalah penentu. Kamiselalu ingatkan klien untuk riset audiens dan siapkan pitch 30 detik yang jelas: apa bisnis Anda, masalah yang dipecahkan, dan nilai unik seperti ramah lingkungan untuk pasar lokal.
Tips dari kami: Riset peserta via situs event atau LinkedIn, prioritaskan target. Bawa kartu nama digital via QR, dan catat poin kunci. Di workshop Matasigma, kami latihan ini secara intensif, sehingga klien lebih percaya diri. Hasilnya, seperti yang dibagikan klien kami, peluang kolaborasi dengan perusahaan eperti BRI Ventures jadi lebih mudah diraih.
Kesalahan 4: Jarang Bertanya untuk Melanjutkan Obrolan
Mendengarkan penting, tapi bertanya adalah yang membuat percakapan hidup—ini insight utama dari diskusi Matasigma. Klien sering berhenti di permukaan, membuat obrolan mati, terutama di event seperti Startup Weekend. Di budaya Indonesia yang suka cerita, pertanyaan terbuka bisa bangun ikatan emosional. Tanpa itu, Anda terlihat kurang tertarik, dan engagement turun hingga 50%.
Di sesi kami, klien dari sektor kreatif cerita bagaimana pertanyaan sederhana seperti "Apa inspirasi Anda memulai bisnis di tengah pandemi?" buka cerita mendalam. Matasigma dorong ini melalui latihan interaktif, agar klien belajar menggali insight berharga.
Mulailah dengan pertanyaan bermakna: "Tantangan apa yang Anda hadapi di e-commerce tahun ini?" atau "Bagaimana Anda adaptasi dengan regulasi baru?" Ini berlaku juga di virtual, seperti Zoom diskusi kami. Di Matasigma, kami lihat bagaimana ini ciptakan koneksi tak terduga, seperti klien yang dapat referensi pelanggan dari jaringan baru.
Kesalahan 5: Lupa Follow-Up Setelah Acara
Kesalahan paling sering dibahas di Matasigma adalah lupa follow-up. Klien dapat kartu nama tapi simpan begitu saja, hilang di tengah kesibukan birokrasi. Padahal, 80% peluang bisnis muncul dari follow-up tepat waktu. Di Indonesia, di mana kesopanan jadi nilai utama, ini tunjukkan keseriusan.
Di diskusi kami, klien cerita peluang pupus karena tidak hubungi mitra pasca-event. Matasigma sarankan sistematis: Catat detail di app seperti Evernote, kirim pesan personal dalam 24 jam: "Senang diskusi di sesi kemarin tentang ekspansi. Mari lanjutkan via kopi virtual?"
Gunakan WhatsApp atau email untuk follow-up, dan set reminder di Google Calendar. Di workshop kami, kami bantu klien bangun habit ini, sehingga hubungan berkelanjutan seperti kemitraan UMKM dengan korporasi terwujud.
Tips Tambahan dari Pengalaman Matasigma
Dari diskusi rutin kami, ada strategi khusus untuk Indonesia. Manfaatkan platform lokal seperti LinkedIn Indonesia atau grup HIPMI. Ikuti webinar gratis dari Kemenkop UKM, dan bangun branding dengan cerita lokal seperti dukungan SDGs. Kolaborasi lintas daerah, seperti Jawa dengan Sumatra untuk agribisnis. Evaluasi setiap networking: Apa insight baru? Di Matasigma, kami fasilitasi review ini untuk klien.
Kesimpulan: Bangun Jaringan yang Kuat Bersama Matasigma
Networking adalah investasi krusial bagi pengusaha Indonesia, tapi kesalahan seperti kurang asli, egois, tidak siap, jarang bertanya, dan lupa follow-up bisa hambat pertumbuhan. Dari pengalaman diskusi kami di Matasigma, terapkan tips ini untuk ubah tantangan jadi peluang. Sebagai mitra, kami berharap dapat mengundang Anda bergabung sesi berikutnya—siapa tahu, koneksi di sana bawa bisnis Anda ke tingkat baru. Bagikan pengalaman Anda di komentar!