Akrual atau Kas? Pilihan yang Menentukan Nasib Keuangan Bisnis Anda!

Pelajari perbedaan mendasar antara stelsel kas dan akrual, serta bagaimana pilihan yang salah bisa berpotensi menimbulkan masalah pajak bagi bisnismu

Akrual atau Kas? Pilihan yang Menentukan Nasib Keuangan Bisnis Anda!

Pembukuan itu bukan hanya penting buat bisnis, tapi juga super krusial dalam hal perpajakan. Dengan pembukuan, kita bisa bikin laporan keuangan, kayak neraca sama laporan laba rugi. Dua laporan ini penting banget buat tahu berapa pajak yang harus kita bayar.

Regulasi Pembukuan

Jadi, pembukuan ini udah diatur di Pasal 28 UU KUP. Dalam pasal ini, diungkapin bahwa wajib pajak yang merupakan orang pribadi dengan usaha atau pekerjaan bebas, dan juga wajib pajak badan, harus melakukan pembukuan, kecuali mereka dapat izin buat mencatat sendiri.

Baca Juga : Mengapa Banyak Wajib Pajak Salah Kaprah tentang Pembukuan dan Pencatatan?

Prinsip dan Stelsel

Nah, pembukuan ini harus dilaksanakan dengan prinsip yang taat asas sambil menggunakan stelsel akrual atau stelsel kas. Stelsel akrual dan stelsel kas ini berhubungan erat dengan bagaimana kita mengakui penghasilan dan biaya. Jadi, apa sih sebenarnya stelsel akrual dan stelsel kas itu?

Definisi Stelsel Akrual

Stelsel akrual adalah metode yang dipakai untuk menghitung penghasilan dan biaya. Di sini, penghasilan diakui saat sudah diperoleh, dan biaya diakui saat sudah terutang. Jadi, semua ini nggak tergantung kapan duitnya diterima atau kapan biaya dibayar secara tunai.

Stelsel akrual juga mencakup pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan, yang sering banget dipakai di bidang konstruksi. Selain itu, ada juga metode lain untuk bidang usaha tertentu seperti build operate and transfer (BOT) dan real estat yang juga masuk dalam pengertian stelsel akrual.

Definisi Stelsel Kas

Sementara itu, stelsel kas adalah metode yang dihitung berdasarkan penghasilan yang bener-bener diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Dalam stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan kalau sudah diterima tunai dalam suatu periode tertentu. Sedangkan biaya baru dianggap sebagai biaya kalau sudah dibayar tunai juga dalam periode tersebut.

Biasanya, stelsel kas ini dipakai sama perusahaan kecil atau usaha jasa. Kayak usaha transportasi, hiburan, atau restoran, di mana waktu antara kita kasih jasa dan terima pembayaran itu nggak lama.

Batasan Stelsel Kas

Tapi, stelsel kas murni nggak bisa sepenuhnya digunakan untuk perhitungan pajak penghasilan. Soalnya, di stelsel kas murni, penghasilan dari penjualan barang/jasa ditentukan saat pembayaran diterima, dan biaya ditentukan saat kita bayar barang, jasa, atau biaya lain. Dengan cara ini, stelsel kas bisa bikin penghitungan penghasilan jadi ambigu. Jadi, penghasilan dari tahun ke tahun bisa disesuaikan dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran kas.

Ketentuan untuk Stelsel Kas

Makanya, Pasal 28 ayat (5) UU KUP juga mengatur tiga hal yang harus diperhatikan kalau mau pakai stelsel kas buat hitung pajak penghasilan. Jadi, bisa dibilang penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan bisa disebut juga sebagai stelsel campuran.

Pertama, dalam menghitung jumlah penjualan dalam satu periode, harus mencakup semua penjualan, baik yang tunai maupun yang tidak. Lalu, dalam menghitung harga pokok penjualan, semua pembelian dan persediaan juga harus diperhitungkan.

Kedua, untuk dapat harta yang bisa disusutkan dan hak-hak yang bisa diamortisasi, biaya yang dikurangkan dari penghasilan cuma bisa dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi. Ketiga, penggunaan stelsel kas mesti dilakukan secara taat asas, artinya harus konsisten.

Konsistensi Metode

Taat asas di sini berarti kita harus pakai prinsip yang sama dalam metode pembukuan di tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, kalau tahun lalu kita pakai stelsel kas, maka tahun berikutnya juga harus tetap pakai metode yang sama. Selain itu, prinsip ini juga berlaku di penerapan tahun buku, metode penilaian persediaan, atau metode penyusutan dan amortisasi.

Tapi, kalau mau ganti metode pembukuan, itu masih bisa kok, asalkan dapat persetujuan dari Dirjen Pajak. Nah, perubahan metode itu harus diajukan ke Dirjen Pajak sebelum tahun buku yang bersangkutan mulai, bareng alasan yang jelas dan bisa diterima, serta dampak yang mungkin terjadi.

Penutup

Masalah perpajakan itu bukan sekadar soal memahami aturan yang ada, tapi lebih dari itu. Kita juga harus benar-benar paham bagaimana melakukan pembukuan yang baik supaya nggak terjebak dalam masalah karena ketidaktahuan. Di sinilah pentingnya memiliki sumberdaya yang tepat.

Layanan Matasigma hadir untuk membantu perusahaan kamu dengan mengandalkan keahlian tim konsultan pajak yang terampil, dipadukan dengan sistem kecerdasan buatan yang canggih. Dengan gitu, perusahaan bisa membuat pencatatan dan pembukuan yang lebih cermat dan cerdas. Jadi, nggak perlu khawatir lagi tentang masalah perpajakan yang bisa muncul di kemudian hari. Dengan dukungan yang tepat, kamu bisa fokus mengembangkan bisnis tanpa dihadapkan pada risiko pajak yang tidak diinginkan.