Biar Maklonmu Lancar, Kenali Aturan Pajaknya Dulu!

Punya usaha maklon? Sibuk ngerjain orderan, eh lupa soal pajak? Tenang, urusan pajak maklon gak serumit kelihatannya! Yuk, simak penjelasan gampang tentang PPh Pasal 23 dan cara menghitungnya!

Biar Maklonmu Lancar, Kenali Aturan Pajaknya Dulu!
Photo by Myriam Jessier / Unsplash

Oke, jadi gini, kamu lagi bingung soal maklon ? 🤔 Soalnya, ngomongin soal pajak tuh nggak selalu asyik ya. Tapi tenang, aku bakalan jelasin sejelas-jelasnya, pakai bahasa sehari-hari, jadi gampang dipahami!

Maklon itu kayak kamu ngasih tugas ke temen buat ngerjain sesuatu, tapi kamu yang punya bahannya dan ngasih instruksi detail. Nah, temen kamu itu dibayar buat kerjain tugasmu. Dan si temen kamu ini disebut sebagai "pemberi jasa maklon" .

Contoh nih, kamu pengen bikin baju, tapi kamu nggak punya mesin jahit. Atau, kamu mau bikin sepatu tapi nggak punya kulitnya. Nah, kamu bisa ngasih bahan sama desain ke tukang jahit atau tukang sepatu. Mereka yang ngerjain prosesnya, dan kamu yang terima hasilnya. Itu lah maklon!

Penting , kamu yang punya bahan dan ngasih instruksi detail. Jadi, hasil kerjanya bakal jadi punya kamu.

Lalu, kenapa maklon kena pajak? 🤔

Karena di mata pajak, maklon itu disebut sebagai "jasa lain", yang artinya kena PPh Pasal 23 . Jadi, si pemberi jasa maklon bakal kena potong pajak 2% dari total biayanya.

Contoh Simulasi Hitungannya

Misalnya, kamu mau ngerjain proyek jahit 100 pcs baju. Kamu punya kain, benang, dan desainnya. Kamu lalu ngasih ke si tukang jahit, sebut aja namanya Pak Bambang.

  • Biaya pembuatan baju (tanpa PPN): Rp 500.000,- per pcs
  • Jumlah baju: 100 pcs
  • Total biaya: 500.000 x 100 = Rp 50.000.000,-

Nah, Pak Bambang ini kena PPh Pasal 23 2% dari total biaya:

  • PPh Pasal 23: Rp 50.000.000 x 2% = Rp 1.000.000,-

Jadi, Pak Bambang hanya akan menerima Rp 49.000.000,- (50.000.000 - 1.000.000) karena Rp 1.000.000,- sudah dipotong sebagai pajak.

Rumusnya:

Total biaya x 2% = PPh Pasal 23

Dan jangan lupa yah bukti potong PPh Pasal 23 itu harus diberikan kepada Pak Bambang. 😊

Ini penting karena:

  • Pak Bambang butuh bukti potong untuk laporan pajaknya.
  • Bukti potong ini jadi bukti legal bahwa pajak sudah dipotong.

Jadi, setelah kamu potong PPh Pasal 23 dari pembayaran ke Pak Bambang, kamu wajib kasih dia bukti potongnya. Biasanya ini berupa formulir resmi dari DJP (Direktorat Jenderal Pajak).

Tanpa bukti potong, Pak Bambang bisa kesulitan ngelaporin pajaknya dan berpotensi kena penalti.

Inget:

  • Hitungan ini belum mempertimbangkan PPN.
  • Ini cuma contoh sederhana, bisa jadi ada biaya lain yang perlu dipertimbangkan.

Semoga contoh ini membantu kamu memahami cara perhitungan PPh Pasal 23 untuk jasa maklon! 😄