Branding Kunci untuk Startup, Jangan Sepelekan!

Fokus branding kunci sukses startup. Terapkan strategi 3C: pahami customer, analisis kompetitor, gali keunikan brand. Positioning tepat menangkan hati pelanggan.

Branding Kunci untuk Startup, Jangan Sepelekan!
Photo by Jeff Sheldon / Unsplash

Halo, sobat startup! Mau tahu rahasia penting untuk mengembangkan bisnis startup kalian? Fokus ke branding, guys! Iya, branding atau positioning brand itu krusial banget buat startup. Tapi, sayangnya, banyak startup yang nggak terlalu memprioritaskan hal ini. Padahal, positioning brand yang jelas bisa jadi penunjuk arah untuk semua aspek bisnis kalian.

Misal, mau launch produk baru, kan harus sesuai positioning brand biar gak melenceng. Begitu juga dengan konten marketing dan lain-lain. Nah, daripada bertindak berdasarkan intuisi semata, lebih baik kita rumuskan dulu positioning brand yang kuat pakai kerangka 3C ini.

Apa itu 3C?

Dalam dunia marketing, kita kenal konsep 5C - Company, Customer, Competitor, Collaborator, dan Climate. Tapi, yang paling krusial untuk menetapkan positioning brand adalah 3C: Customer, Competitor, dan Company.

Sebelum kita nerangin lebih jauh mengenai fokus pada 3C, kita mau terangin sedikit mengenai arti arti dari 5C dulu

  1. Company mengacu pada perusahaan itu sendiri - visi, misi, nilai-nilai inti, sumber daya, kapabilitas, budaya perusahaan, dan proposisi nilai yang ditawarkan. Memahami identitas dan kekuatan perusahaan sendiri adalah penting untuk merumuskan positioning brand yang otentik dan unik.
  2. Customer merujuk pada target pelanggan atau calon pelanggan yang ingin dijangkau. Memahami kebutuhan, keinginan, perilaku, dan preferensi customer adalah kunci agar produk/jasa yang ditawarkan bernilai dan sesuai dengan yang mereka butuhkan.
  3. Competitor mengacu pada para pesaing di pasar yang menawarkan produk/jasa serupa. Melakukan analisis mendalam terhadap kekuatan, kelemahan, strategi pemasaran kompetitor penting untuk mengidentifikasi peluang positioning yang membedakan brand kita.
  4. Collaborator mengacu pada mitra bisnis, pemasok, atau pihak-pihak lain yang berkolaborasi dengan perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pelanggan. Memahami siapa saja collaborator penting untuk memastikan sinergi dalam memberikan proposisi nilai yang unik.
  5. Climate merujuk pada konteks eksternal seperti tren pasar, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, budaya masyarakat dan lain-lain yang dapat memengaruhi cara perusahaan memasarkan dan memposisikan produk/jasanya. Memahami climate bisnis membantu penyesuaian strategi pemasaran agar tepat sasaran.

Ok, sekarang kita kembali ke bagaimana caranya mengaplikasikan konsep 3C ke bisnis kita. Caranya gampang, tapi memang perlu waktu dan riset.

Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah kita harus daftar semua hal khas atau unik dari produk dan brand kita. Lalu, kita harus lakukan analisis mendalam ke kompetitor, apa aja yang mereka tawarkan.

Berikutnya, yang paling penting, kita kudu dalam-dalam mengenal customer kita sendiri. Apa sih yang mereka mau? Apa yang mereka butuhin dan rela mengeluarkan duit buat dapat itu?

Kalau berhasil diidentifikasi bahwa ada satu hal unik yang diperlukan customer tapi belum ditawarkan kompetitor, nah itu baru jatuhnya! Itu yang harus dijadikan fokus positioning kita.

Kenapa hal ini penting? Kalau kita menawarkan sesuatu ke customer, tapi ternyata hal itu juga ditawarkan kompetitor, bisa-bisa kita bakal terjerumus perang harga dan buang-buang duit marketing. Sebaliknya, kita punya sesuatu yang unik tapi ternyata gak dibutuhin customer, ya sama aja buang-buang duit marketing.

Dari pengalaman dulu, kita pernah tangani salah satu brand minuman serbuk tradisional yang udah punya ribuan pelanggan setia. Produknya minuman serbuk jahe, tapi kita menggali apa sih yang bikin brand ini unik dibanding kompetitor?

Ternyata, satu-satunya brand yang menggunakan jahe organik 100% tanpa bahan pengawet sama sekali, sementara kompetitor lain masih mencampurkan pengawet. Setelah riset ke customer, mereka memang lebih memilih minuman tradisional yang benar-benar alami tanpa bahan kimia.

Nah, itulah keunggulan yang unik! Kita fokuskan semua brand narrative dan strategi ke sana. Hasilnya, brand minuman serbuk jahe kita semakin digemari dan berhasil menarik minat investor untuk ekspansi bisnis. Memang, berakar pada kekuatan produk sendiri adalah kunci untuk bertumbuh kokoh, kan?

Namun, untuk bisa menerapkan strategi 3C/5C ini, tersedianya data yang akurat dan komprehensif adalah kunci. Tanpa data yang baik, akan sulit memahami preferensi customer, menganalisis kompetitor, serta menggali keunikan brand sendiri.

Bagi usaha kecil menengah di Indonesia, memang terkadang sulit untuk mengakses data pasar yang lengkap. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi tantangan ini:

  1. Lakukan riset pasar sederhana sendiri melalui survei ke pelanggan, observasi langsung ke lapangan, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait.
  2. Manfaatkan data dan informasi dari asosiasi bisnis/industri, lembaga pemerintah terkait, serta sumber-sumber terpercaya di internet.
  3. Kolaborasi dengan pihak lain seperti peneliti, mahasiswa, blogger yang tertarik mengkaji bisnis Anda sebagai proyek riset.
  4. Alokasikan sebagian anggaran untuk membeli data pasar atau studi konsumen dari lembaga riset terkemuka.
  5. Dan yang terpenting adalah punya "gudang" data digital untuk menampung semua data dar berbagai kegiatan pengumpulan data dan sumber data

Meski memang tidak mudah, mendapatkan data adalah investasi penting bagi sebuah bisnis untuk menerapkan strategi branding dan positioning yang tepat. Dengan kreatifitas dan kegigihan, UKM di Indonesia tetap bisa melakukannya sesuai kemampuan masing-masing.

Jadi, apapun startup kalian, jangan sepelekan branding dan positioning brand, ya! Semoga strategi 3C di atas bisa membantu kalian menemukan sudut pandang yang unik untuk memenangkan hati pelanggan. Semangat, startup garis keras!