Jangan Takut Untuk Mempersempit Pasar Sasaran Anda

Smart UMKM ID membantu usaha kecil dan menengah merancang strategi yang tepat untuk menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi dengan sistem cerdas dan intervensi pakar.

Jangan Takut Untuk Mempersempit Pasar Sasaran Anda
Photo by Franki Chamaki / Unsplash

Ketika kita bertanya kepada pemilik bisnis tentang target market mereka, banyak yang menjawab "semua orang". Namun, dalam kenyataannya, itu berarti tidak ada target market yang spesifik. Banyak pemilik bisnis mencoba melayani pasar yang sangat luas dengan harapan mendapatkan sebanyak mungkin pelanggan.

Pada awalnya, ini memang terlihat logis. Namun, sebenarnya itu adalah kesalahan besar. Banyak pemilik bisnis khawatir jika mereka mempersempit target market, mereka akan kehilangan pelanggan potensial.

Ini adalah kesalahan marketing yang umum dilakukan oleh pemula. Kita akan membahas mengapa mempersempit target market sebenarnya adalah hal yang baik.

Mass marketing atau branding adalah strategi yang digunakan oleh banyak perusahaan besar. Dengan strategi ini, pemilik bisnis seperti pemanah yang berdiri di tengah kabut tebal, menembakkan anak panah ke segala arah dengan harapan bahwa salah satu anak panah akan mengenai target yang diinginkan.

Teori di balik mass marketing adalah bahwa kita ingin "mengenalkan nama kita". Kita tidak yakin apa yang dimaksud dengan "mengenalkan nama kita" atau apa yang terjadi ketika nama kita "mengenalkan" dirinya. Namun, teori itu adalah bahwa jika kita menyiarkan pesan kita cukup banyak kali, kita akan secara kebetulan mendapatkan audiensi dengan prospek kita dan beberapa persentase dari mereka akan membeli dari kita.

Jika itu terdengar seperti pemanah yang kebingungan, menembakkan anak panah ke segala arah dan berharap untuk yang terbaik, maka kita benar. Namun, kita mungkin berpikir - jika dia hanya menembakkan anak panah cukup banyak ke segala arah, pasti dia akan mengenai targetnya. Benar? Mungkin, tapi untuk bisnis kecil hingga menengah, itu adalah cara marketing yang bodoh karena mereka tidak akan pernah memiliki cukup anak panah (yaitu, uang) untuk mengenai targetnya cukup banyak kali untuk mendapatkan return on investment yang baik.

Untuk menjadi marketer bisnis kecil yang sukses, kita perlu memiliki fokus yang sangat spesifik pada target market yang sempit, yang kadang-kadang disebut niche.

Contoh Kasus 1: Konsultan Keuangan

Misalnya, kita memiliki seorang konsultan keuangan bernama John yang menawarkan jasa perencanaan keuangan kepada individu dan bisnis. Awalnya, John berpikir bahwa target marketnya adalah "semua orang yang membutuhkan perencanaan keuangan". Dia mencoba memasarkan jasanya kepada berbagai kalangan, dari profesional muda hingga pensiunan, dan dari pemilik bisnis kecil hingga korporasi besar.

Namun, John segera menyadari bahwa dia tidak mendapatkan banyak klien. Dia menghabiskan banyak waktu dan uang untuk memasarkan jasanya, tetapi tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Dia juga menemukan bahwa sulit untuk menyesuaikan jasanya dengan kebutuhan spesifik klien, karena dia mencoba menjadi segalanya bagi semua orang.

Suatu hari, John memutuskan untuk mempersempit target marketnya menjadi "pemilik bisnis kecil di industri kreatif". Dia menyadari bahwa pemilik bisnis ini memiliki tantangan keuangan yang unik, seperti mengelola arus kas, menghadapi pendapatan yang tidak teratur, dan menavigasi hukum pajak yang kompleks.

Dengan memfokuskan pada target market yang spesifik ini, John dapat menyesuaikan jasanya dengan kebutuhan spesifik mereka. Dia mengembangkan pemahaman yang dalam tentang industri kreatif dan membangun hubungan dengan pemain kunci di bidang tersebut. Dia juga membuat materi pemasaran dan pesan yang langsung berbicara kepada kebutuhan dan kekhawatiran target marketnya.

Sebagai hasilnya, John mulai menarik lebih banyak klien yang sesuai dengan jasanya. Dia dapat memberikan pekerjaan yang berkualitas tinggi dan membangun reputasi yang kuat di industri kreatif. Dia juga dapat membebankan tarif premium untuk jasanya, karena dia dapat menunjukkan keahliannya dan nilai tambahnya kepada klien.

Dalam contoh ini, keputusan John untuk mempersempit target marketnya menjadi "pemilik bisnis kecil di industri kreatif" memungkinkan dia untuk berbeda dari kompetitor, membangun hubungan yang kuat dengan klien, dan memberikan jasa yang berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Dengan memfokuskan pada target market yang sempit, John dapat mencapai kesuksesan dan profitabilitas yang lebih besar dalam bisnisnya.

Contoh Kasus 2: Restoran

Misalnya, kita memiliki sebuah restoran bernama "Bumi Rasa" yang menawarkan masakan Indonesia. Awalnya, pemilik restoran, Pak Rudi, berpikir bahwa target marketnya adalah "semua orang yang suka makanan Indonesia". Dia mencoba memasarkan restorannya kepada berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga eksekutif, dan dari keluarga hingga individu.

Namun, Pak Rudi segera menyadari bahwa restorannya tidak mendapatkan banyak pelanggan. Dia menghabiskan banyak waktu dan uang untuk memasarkan restorannya, tetapi tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Dia juga menemukan bahwa sulit untuk menyesuaikan menu dan suasana restorannya dengan kebutuhan spesifik pelanggan, karena dia mencoba menjadi segalanya bagi semua orang.

Suatu hari, Pak Rudi memutuskan untuk mempersempit target marketnya menjadi "keluarga muda yang memiliki anak-anak". Dia menyadari bahwa keluarga muda ini memiliki kebutuhan yang unik, seperti tempat makan yang aman dan nyaman untuk anak-anak, serta menu yang seimbang dan bergizi.

Dengan memfokuskan pada target market yang spesifik ini, Pak Rudi dapat menyesuaikan menu dan suasana restorannya dengan kebutuhan spesifik mereka. Dia mengembangkan menu yang lebih seimbang dan bergizi, serta membuat suasana restorannya lebih nyaman dan aman untuk anak-anak. Dia juga membuat materi pemasaran dan pesan yang langsung berbicara kepada kebutuhan dan kekhawatiran target marketnya.

Sebagai hasilnya, Pak Rudi mulai menarik lebih banyak pelanggan yang sesuai dengan target marketnya. Dia dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan membangun reputasi yang kuat di kalangan keluarga muda.

Contoh Kasus 3: Coffee Shop

Misalnya, kita memiliki sebuah coffee shop bernama "Kopi Kita" yang menawarkan kopi dan makanan ringan. Awalnya, pemilik coffee shop, Ibu Sri, berpikir bahwa target marketnya adalah "semua orang yang suka kopi". Dia mencoba memasarkan coffee shopnya kepada berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga eksekutif, dan dari individu hingga keluarga.

Namun, Ibu Sri segera menyadari bahwa coffee shopnya tidak mendapatkan banyak pelanggan. Dia menghabiskan banyak waktu dan uang untuk memasarkan coffee shopnya, tetapi tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Dia juga menemukan bahwa sulit untuk menyesuaikan menu dan suasana coffee shopnya dengan kebutuhan spesifik pelanggan, karena dia mencoba menjadi segalanya bagi semua orang.

Suatu hari, Ibu Sri memutuskan untuk mempersempit target marketnya menjadi "freelancer dan pekerja remote". Dia menyadari bahwa freelancer dan pekerja remote ini memiliki kebutuhan yang unik, seperti tempat kerja yang nyaman dan stabil, serta kopi yang berkualitas tinggi.

Dengan memfokuskan pada target market yang spesifik ini, Ibu Sri dapat menyesuaikan menu dan suasana coffee shopnya dengan kebutuhan spesifik mereka. Dia mengembangkan menu yang lebih variatif dan berkualitas tinggi, serta membuat suasana coffee shopnya lebih nyaman dan stabil untuk bekerja. Dia juga membuat materi pemasaran dan pesan yang langsung berbicara kepada kebutuhan dan kekhawatiran target marketnya.

Sebagai hasilnya, Ibu Sri mulai menarik lebih banyak pelanggan yang sesuai dengan target marketnya. Dia dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan membangun reputasi yang kuat di kalangan freelancer dan pekerja remote.

Penutup

Dalam dua contoh kasus di atas, kita dapat melihat bahwa mempersempit target market dapat membantu usaha restoran dan coffee shop kecil dan menengah untuk meningkatkan kesuksesan dan profitabilitas. Namun, mempersempit target market tidaklah cukup. Usaha kecil dan menengah juga memerlukan strategi yang tepat untuk menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi.

Smart UMKM ID dapat membantu usaha restoran dan coffee shop kecil dan menengah untuk merancang strategi yang tepat untuk menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi. Layanan yang diberikan Smart UMKM ID mengkombinasikan penggunaan sistem cerdas dan intervensi dari pakar, sehingga usaha kecil dan menengah dapat membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan kesuksesan mereka.