Management 101: Cara Membangun Tim yang Tahan Banting di Tengah Ketidakpastian

Di tengah fluktuasi bisnis dan tekanan pasar, penting bagi pemimpin untuk membangun tim yang tidak hanya kuat, tapi juga adaptif dan saling percaya

Dalam dunia usaha di Indonesia, tantangan tidak pernah berhenti datang. Mulai dari fluktuasi ekonomi, perubahan regulasi pemerintah, hingga tekanan pasar global, semua bisa terjadi secara tiba-tiba. Di tengah situasi seperti ini, kemampuan membangun tim yang tangguh menjadi salah satu kunci utama kesuksesan sebuah organisasi atau perusahaan.

Ketahanan (resilience) bukan hanya soal kuat menghadapi tekanan, tapi juga tentang kemampuan untuk tetap tenang, adaptif, dan saling percaya saat segala sesuatunya serba tidak pasti. Bagaimana caranya? Berikut beberapa langkah penting yang bisa diterapkan oleh para pemimpin di Indonesia.


1. Ciptakan Rasa Aman Secara Psikologis

Salah satu fondasi dari tim yang kuat adalah rasa aman secara psikologis. Dalam budaya kerja Indonesia, banyak karyawan masih ragu menyampaikan pendapat karena takut dinilai kurang sopan atau tidak hormat kepada atasan.

Sebagai pemimpin, Anda bisa mulai menciptakan ruang di mana setiap anggota tim merasa didengar dan dihargai:

  • Jangan ragu mengatakan “Saya belum tahu jawabannya” atau “Apa pendapatmu?”
  • Ucapkan “terima kasih” ketika ada yang menyampaikan pendapat berbeda
  • Dorong komunikasi dua arah, misalnya dengan membuka rapat dengan pertanyaan: “Ada yang ingin dibicarakan sebelum kita lanjut?”

Rasa aman ini akan mendorong inovasi, kolaborasi, dan loyalitas jangka panjang dari tim Anda.


2. Rekrut dan Promosikan Orang yang Adaptif

Di tengah ketidakpastian, orang-orang yang bisa cepat menyesuaikan diri akan menjadi aset berharga. Banyak perusahaan di Indonesia mulai menyadari bahwa pengalaman dan gelar saja tidak cukup—kemampuan untuk belajar cepat dan beradaptasi sangat penting.

Saat merekrut atau mempromosikan karyawan, carilah orang-orang yang:

  • Pernah menghadapi kegagalan dan bangkit lagi
  • Terbiasa bekerja di lingkungan yang berubah-ubah
  • Punya pola pikir berkembang (growth mindset)

Anda bisa bertanya saat wawancara:
“Ceritakan waktu kamu harus menghadapi perubahan mendadak di tempat kerja. Apa yang kamu lakukan?”


3. Bangun Sistem Kerja yang Fleksibel

Banyak perusahaan di Indonesia masih menggunakan sistem kerja yang kaku, terutama di sektor tradisional. Padahal, fleksibilitas sistem bisa menjadi penopang besar ketahanan tim saat menghadapi perubahan.

Beberapa cara untuk membuat sistem lebih fleksibel:

  • Lakukan audit proses kerja setiap kuartal: Apa yang masih efektif? Apa yang malah menghambat?
  • Uji coba "controlled disruption": Buat simulasi perubahan mendadak untuk melihat respons tim
  • Ajarkan tim untuk tahu kapan harus ikuti aturan dan kapan harus keluar dari skema

Misalnya, selama pandemi, banyak perusahaan di Indonesia beralih ke sistem remote work. Yang dulunya dianggap mustahil, akhirnya bisa dilakukan dengan baik karena adanya fleksibilitas dan kepercayaan antara manajemen dan karyawan.


4. Normalisasi Istirahat dan Pemulihan

Masih banyak di antara kita yang menganggap bahwa bekerja keras tanpa henti adalah bentuk ketahanan. Padahal, istirahat dan pemulihan adalah bagian dari performa yang berkelanjutan.

Sebagai pemimpin, contohkan bahwa:

  • Cuti dan libur adalah hak, bukan kemewahan
  • Waktu istirahat harus direncanakan dan dilindungi
  • Produktivitas tidak selalu berarti bekerja lebih lama, tapi bekerja dengan cerdas

Beberapa cara sederhana:

  • Adakan sesi relaksasi singkat sebelum atau setelah rapat intensif
  • Dorong tim untuk menggunakan hak cutinya secara penuh
  • Mulai minggu dengan pertanyaan: “Apa yang kamu butuhkan untuk reset minggu ini?”

5. Kembali ke Tujuan dan Makna Kerja

Saat tekanan tinggi dan hasil belum terlihat, motivasi bisa mudah turun. Di sinilah pentingnya mengingatkan tim pada tujuan awal mereka bekerja.

Anda bisa:

  • Ceritakan kisah nyata pelanggan atau mitra yang terbantu oleh produk/jasa Anda
  • Bagikan cerita internal tentang rekan yang berhasil melewati tantangan
  • Mulai rapat tim dengan pertanyaan: “Momen apa minggu ini yang mengingatkanmu kenapa kamu kerja di sini?”

Misalnya, startup edukasi di Indonesia seperti Ruangguru atau Zenius sering mengingatkan tim mereka bahwa pekerjaan mereka punya dampak langsung pada masa depan anak-anak Indonesia.


6. Latih Ketahanan Setiap Hari

Ketahanan bukanlah bakat bawaan. Ini adalah kemampuan yang bisa dilatih setiap hari. Seperti otot, semakin sering dilatih, semakin kuat.

Beberapa cara untuk membangun budaya ketahanan:

  • Rayakan usaha dan adaptasi, bukan hanya hasil
  • Dorong refleksi dan evaluasi rutin
  • Jadikan ketahanan sebagai nilai inti dalam budaya organisasi

Dan yang paling penting: mulailah dari diri sendiri. Sebagai pemimpin, sikap dan pola pikir Anda akan sangat memengaruhi tim.


Penutup

Membangun tim yang tangguh bukanlah proses instan. Ini adalah kombinasi dari komunikasi terbuka, sistem fleksibel, budaya adaptasi, dan fokus pada makna kerja.

“The best time to build resilience was yesterday. The second-best time is now.”

Jadi, mulailah hari ini. Pilih satu area — misalnya sistem kerja, adaptasi, atau pemulihan — dan buat perubahan kecil. Karena ketahanan itu dibangun sedikit demi sedikit, dalam momen-momen kecil sehari-hari.

Apakah Anda sudah mulai menerapkannya di tim Anda?