Menggali Potensi Kelas Menengah di Indonesia: Sampai di Mana Perkembangannya?
Kelas menengah Indonesia mengalami penurunan signifikan, dari 57,33 juta jiwa menjadi 47,85 juta jiwa. Peran generasi muda dan kebijakan mendukung sangat penting untuk menguatkan kembali kelas menengah.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data terbaru bahwa pada tahun 2024, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa, yang setara dengan 17,13% dari total populasi. Meskipun angka ini terlihat signifikan, ada sebuah catatan yang perlu kita cermati; yakni penurunan jumlah kelas menengah yang terjadi sebesar 9,48 juta jiwa sejak tahun 2019. Dari 57,33 juta jiwa, kita kini berada di angka 47,85 juta jiwa. Apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa hal ini patut menjadi perhatian kita semua?
Siapa yang Termasuk Kelas Menengah?
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa kelas menengah di Indonesia didominasi oleh generasi muda: Gen X (24,77%), Milenial (24,60%), Gen Z (24,12%), dan Gen Alpha (12,77%). Dengan lebih dari 62% dari penduduk kelas menengah berpendidikan SMA sederajat hingga perguruan tinggi, kita dapat melihat bahwa sektor ini merupakan kekuatan utama dalam konsumsi dan pertumbuhan ekonomi negara.
Generasi Z dan Alpha berkontribusi sebesar 1 dari 3 penduduk kelas menengah. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan kelas menengah Indonesia tidak hanya bergantung pada generasi yang lebih tua, tetapi juga pada inovasi dan daya saing yang dibawa oleh generasi muda.
Penurunan di Sektor Formal
Satu hal yang cukup mengkhawatirkan adalah penurunan jumlah pekerja di sektor formal yang tercatat dalam kelompok kelas menengah. Inipun terkonfirmasi oleh data BPS, yang mencatat penurunan dari 57,33 juta pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta pada tahun 2024. Penurunan ini menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan posisi kelas menengah sebagai pendorong ekonomi.
Mengapa Ini Penting?
Sebagai bagian dari struktural ekonomi, kelas menengah memiliki peranan penting. Mereka adalah konsumen utama yang berkontribusi pada perekonomian dengan daya beli yang signifikan. Ketika kelas menengah menurun, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh individu tetapi juga oleh sektor bisnis dan program-program pembangunan yang bergantung pada keberadaan kelas menengah sebagai pilar penting.
Apa Selanjutnya?
Kini, kita perlu bertanya, bagaimana kita sebagai individu dan masyarakat dapat berkontribusi untuk menguatkan kelas menengah? Pendidikan yang baik, kesempatan kerja yang layak, dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi tonggak yang harus diperkuat. Dengan memfokuskan pada pengembangan potensi generasi muda, memfasilitasi pendidikan tinggi, serta memperkuat sektor formal, kita memperbesar peluang untuk meningkatkan kembali jumlah kelas menengah di Indonesia.
Bukan hanya sekadar angka, kelas menengah adalah representasi dari harapan dan potensi suatu bangsa. Mari kita bersatu untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masa depan generasi mendatang dan menjadikan kelas menengah sebagai kolom kokoh dalam pembangunan Indonesia.
Kesimpulan
Mengetahui keadaan kelas menengah di Indonesia adalah langkah awal untuk melakukan perubahan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kita dapat menciptakan ekosistem yang mendukung dan memberikan kesempatan bagi semua orang untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Mari kita bangkit dan optimis, karena kelas menengah yang kuat adalah kunci untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Comments ()