Peluang Global untuk Startup Nasional

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menegaskan bahwa startup nasional memiliki peluang besar untuk go global. Namun, tantangan dalam akses pasar, kapasitas, dan kolaborasi internasional harus dihadapi secara efektif untuk mencapai kesuksesan di pasar global.

Peluang Global untuk Startup Nasional
Photo by Andrew Neel / Unsplash

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan bahwa peluang bagi startup nasional untuk merambah pasar global terbuka secara luas. Namun, untuk memanfaatkan kesempatan ini, ada tiga tantangan utama yang harus dihadapi dengan efektif.

Tiga Tantangan Utama

Dalam sambutannya di acara Sharing Session Startup Go Global 2024 yang bertemakan "Peningkatan Daya Saing Startup Indonesia dari Lokal ke Global" di Jakarta, Teten Masduki menyampaikan, "Ada tiga tantangan utama yang sering dihadapi oleh para startup."

  1. Akses ke Pasar Global
    Startup Indonesia harus memiliki pemahaman menyeluruh tentang pasar internasional, termasuk regulasi yang berlaku, budaya bisnis, serta preferensi konsumen di negara-negara target.
  2. Kapasitas dan Skalabilitas
    Startup perlu membangun kapasitas dan strategi untuk melakukan ekspansi, baik dalam hal teknologi, sumber daya manusia, maupun modal yang diperlukan.
  3. Kolaborasi dan Jaringan Internasional
    Para startup wajib mampu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri, termasuk pemerintah, lembaga riset, serta korporasi global.

Komitmen untuk Mendukung Startup

“Untuk mengatasi tantangan tersebut, kami berkomitmen memberikan dukungan penuh kepada startup Indonesia melalui berbagai program strategis. Namun, kami menyadari bahwa pencapaian ini tidak bisa dilakukan secara individu,” tegas Teten.

Hingga September 2024, Kementerian Koperasi dan UKM telah berhasil melakukan pendampingan akselerasi dan inkubasi terhadap 713 startup. Teten juga menjelaskan bahwa program Startup Go Global telah menjalankan kolaborasi dengan tujuh lembaga inkubator dan melibatkan sebelas startup dalam kegiatan pembelajaran dan kunjungan penelitian ke Belanda dan Australia.

Daya Saing Startup Indonesia

“Dengan harapan, para startup ini akan berkembang menjadi wirausaha kelas dunia yang dapat melahirkan sumber pertumbuhan dan ekonomi baru di masa depan,” imbuh Teten.

Lebih lanjut, Teten menekankan bahwa saat ini Indonesia menempati posisi sebagai salah satu negara dengan ekosistem startup yang paling dinamis di dunia, dengan lebih dari 2.600 startup aktif, sehingga menjadikannya peringkat keenam dalam jumlah startup terbesar secara global.

Dukungan untuk Pertumbuhan Ekosistem

Untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem startup, ia menggarisbawahi pentingnya dukungan serta kolaborasi dari Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia serta berbagai lembaga pendidikan dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penciptaan inovasi yang berdaya saing.

“Kita telah melihat, di banyak negara, ekosistem startup mereka sangat terbuka untuk kita manfaatkan. Kami telah menjalin kerja sama dengan DBS Singapura, Australia, Belanda, Korea Selatan, dan negara lainnya untuk mendorong lebih banyak startup Indonesia agar dapat beroperasi di tingkat internasional,” tambah Teten.

Komunikasi dengan BRIN

Selain itu, Teten telah melakukan komunikasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengkomersialisasi hasil riset dari akademisi dan profesional, yang dapat menjadi peluang bagi startup untuk menjadikan hasil penelitian tersebut sebagai produk yang siap dipasarkan.

“Para startup harus memahami dengan baik jenis bisnis yang akan dijalankan, sehingga teknologi digital yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, bukan sebaliknya,” jelas Teten.

Sharing Session sebagai Wadah Strategis

Di tempat yang sama, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM, Siti Azizah, menekankan bahwa program sharing session tersebut merupakan wadah strategis bagi para startup untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, serta wawasan dengan para pemangku kepentingan, mitra, dan lembaga inkubator.

“Kami akan mempelajari bagaimana lembaga inkubasi di negara maju seperti Belanda dan Australia tumbuh, berkembang, dan membentuk ekosistem bisnis yang solid melalui jaringan yang saling mendukung,” tutur Siti Azizah.

Akses Luas bagi Startup

Siti juga menyampaikan bahwa KemenKopUKM secara konsisten memberikan akses yang lebih luas bagi startup dalam memenuhi kebutuhan mereka, baik dari segi pembiayaan, akses pasar, maupun dukungan teknis. Ini merupakan langkah lanjut dari serangkaian program untuk melahirkan startup-startup baru yang berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan wirausaha nasional sebesar 3,95 persen pada tahun 2024.

“Saya berharap kegiatan ini akan memberikan manfaat yang signifikan, baik dalam pengembangan kapabilitas lembaga inkubator maupun peningkatan daya saing startup Indonesia,” ungkap Siti Azizah.

Pertemuan antara Lembaga Inkubator

Dalam sesi tersebut, KemenKopUKM memfasilitasi pertemuan antara lembaga inkubator dari berbagai universitas dan institut di Indonesia.

Apresiasi dari Queensland University of Technology

Perwakilan dari Queensland University of Technology (QUT) Australia, Hellen Wallace, memberikan apresiasi terhadap sinergi dan kerja sama yang terjalin dengan KemenKopUKM dalam upaya penguatan dan pengembangan sumber daya manusia startup.

“Melalui kerja sama tersebut, QUT memberikan kesempatan kepada startup atau lembaga inkubator Indonesia untuk belajar praktik terbaik dalam pengembangan industri agribisnis yang telah berhasil di Australia,” tutup Hellen.