Peran CIO dalam Mengubah Investasi Teknologi Menjadi Nilai Bisnis yang Nyata

Seorang CIO harus memastikan investasi teknologi memberi nilai nyata bagi bisnis, bukan hanya efisiensi operasional. Kolaborasi, transparansi, dan fokus pada tujuan bisnis menjadi kunci utama keberhasilan strategi teknologi

Dalam dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat untuk menjalankan operasional harian, tetapi telah menjadi tulang punggung strategi pertumbuhan perusahaan. Di sinilah peran seorang Chief Information Officer (CIO) menjadi sangat krusial. Bukan hanya bertugas mengelola sistem dan infrastruktur IT, CIO kini harus mampu memastikan bahwa setiap investasi teknologi memberikan dampak nyata terhadap pertumbuhan bisnis.

Nancy Avila, CIO Analog Devices, menyampaikan pandangan menarik tentang hal ini dalam wawancara dengan McKinsey. Ia menekankan bahwa teknologi harus dilihat sebagai enabler—bukan tujuan akhir. Artinya, keputusan teknologi tidak boleh diambil hanya karena “enak dipakai” atau “sedang tren”, tetapi harus bisa dikaitkan langsung dengan nilai bisnis: apakah itu meningkatkan pengalaman pelanggan, efisiensi operasional, atau bahkan membuka jalur pendapatan baru.

Dari Sekadar Operasional ke Strategi Bisnis

Banyak perusahaan masih melihat divisi IT hanya sebagai unit penunjang operasional. Tugas mereka dianggap sebatas memastikan email berjalan lancar, server tidak down, dan aplikasi internal tetap aktif. Ini tentu penting, tapi tidak cukup jika ingin bersaing di era digital saat ini.

Berbeda dengan manajemen informasi yang lebih fokus pada pengelolaan data dan sistem secara teknis, CIO memiliki tanggung jawab yang lebih luas. Mereka harus menjadi jembatan antara teknologi dan strategi bisnis. Contohnya, ketika Analog Devices merevisi strategi data mereka dari model pusat data terpusat ke arsitektur data mesh yang lebih fleksibel, keputusan tersebut tidak hanya soal infrastruktur teknologi, tetapi juga bagaimana data bisa digunakan untuk mendukung inovasi seperti AI dan analitik bisnis.

Ini adalah contoh nyata bagaimana CIO tidak hanya mengelola teknologi, tetapi menggunakan teknologi untuk menciptakan nilai bisnis yang konkret.

Transparansi dan Kolaborasi Kunci Sukses CIO

Salah satu tantangan besar bagi CIO adalah membangun kepercayaan dengan para pemimpin bisnis di luar fungsi IT. Nancy Avila menyebut bahwa transparansi adalah fondasi dari hubungan ini. Ketika CIO meminta anggaran untuk investasi teknologi, mereka harus mampu menjelaskan dengan jelas bagaimana investasi tersebut akan menghasilkan nilai bagi perusahaan—baik itu dalam bentuk perlindungan risiko, peningkatan produktivitas, atau pendapatan tambahan.

Misalnya, ketika tim IT Analog Devices bekerja sama dengan Chief Customer Officer (CCO) untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, tim IT tidak hanya melakukan perbaikan teknis pada CRM atau situs web. Mereka merancang solusi yang benar-benar berfokus pada kebutuhan pelanggan, seperti fitur next-product-to-buy berbasis AI. Hasilnya? Pengalaman pelanggan yang lebih personal dan potensi peningkatan penjualan.

Contoh ini memperlihatkan perbedaan mendasar antara departemen IT tradisional dan peran strategis CIO. Departemen IT sering kali sibuk dengan tugas operasional harian, sedangkan CIO harus mampu melihat gambaran besar dan bekerja kolaboratif dengan fungsi bisnis lainnya.

Infrastruktur Bukan Sekadar Biaya, Tapi Investasi Strategis

Seringkali, proyek infrastruktur seperti konsolidasi pusat data dianggap sebagai cara instan untuk menghemat biaya. Namun, Nancy Avila menegaskan bahwa infrastruktur adalah bagian dari strategi bisnis. Infrastruktur yang modern dan andal adalah prasyarat untuk menjalankan solusi digital dan AI yang kompleks.

Di Analog Devices, transformasi infrastruktur dilakukan dengan pendekatan komposable architecture—arsitektur yang fleksibel dan mudah disesuaikan. Ini memungkinkan perusahaan untuk bereksperimen dengan AI agents dan mempercepat adopsi teknologi baru tanpa kehilangan kontrol dan governance.

Bayangkan jika infrastruktur IT hanya dikelola oleh tim teknis tanpa koordinasi dengan bisnis. Hasilnya bisa saja efisien dari segi biaya, tetapi gagal mendukung inovasi atau bahkan menjadi penghambat pertumbuhan. Inilah mengapa CIO harus selalu memandang infrastruktur sebagai bagian dari strategi bisnis, bukan sekadar beban operasional.

Mendorong Budaya Data dan Inovasi Berbasis Nilai

Teknologi terbaru seperti generative AI memang menarik minat banyak perusahaan. Namun, Nancy Avila mengingatkan bahwa ada perbedaan besar antara "ingin punya alat AI" dan "menggunakan alat AI yang menghasilkan nilai nyata". Untuk itu, CIO harus menjadi gatekeeper yang bijak—memfilter mana teknologi yang layak diadopsi berdasarkan kebutuhan bisnis dan kesiapan organisasi.

Sebagai contoh, Analog Devices melakukan uji coba dengan vendor AI agents, dan baru mempercepat adopsi setelah yakin bahwa teknologi tersebut sudah matang dan mampu menghasilkan nilai bisnis. Ini menunjukkan bahwa CIO tidak serta-merta mengikuti tren teknologi, tetapi memilih teknologi yang tepat untuk bisnis.

Berikut adalah narasi yang telah disesuaikan dengan penggantian kata “mereka” menjadi lebih alami dalam bahasa Indonesia, penggunaan nama Matasigma sebagai Virtual CIO, serta penyesuaian poin 1 sampai 5 agar selaras dengan konteks bahwa Matasigma membantu perusahaan memastikan investasi teknologi:


Bagaimana Matasigma Membantu Sebagai Virtual CIO?

Sebagaimana disampaikan Nancy Avila, penting bagi setiap organisasi untuk menyelaraskan teknologi dengan tujuan bisnis. Dalam banyak kasus, khususnya di usaha kecil dan menengah (UKM), hal ini sulit dilakukan karena keterbatasan sumber daya dan kurangnya kepemimpinan strategis di bidang teknologi. Di sinilah Matasigma hadir sebagai Virtual CIO, memberikan akses pada keahlian strategi teknologi tanpa harus memiliki tim TI penuh waktu.

Berikut lima cara utama Matasigma mendukung perusahaan dalam mencapai nilai finansial, akuntabilitas, dan kepatuhan:

  1. Menyusun Strategi Teknologi Berbasis Nilai Bisnis
    Matasigma tidak hanya fokus pada infrastruktur atau sistem teknologi semata, tetapi membantu perusahaan merancang strategi teknologi yang sejalan dengan tujuan bisnis. Ini termasuk identifikasi peluang digital, analisis ROI dari investasi teknologi, dan penyusunan rencana implementasi yang realistis dan terukur.
  2. Memastikan Investasi Teknologi Menghasilkan Nilai Finansial Nyata
    Banyak perusahaan menghabiskan anggaran besar untuk teknologi, namun hasilnya tidak signifikan. Matasigma membantu memfilter mana solusi teknologi yang benar-benar akan meningkatkan efisiensi, pendapatan, atau profitabilitas, sehingga setiap rupiah yang diinvestasikan dapat dipertanggungjawabkan secara finansial.
  3. Membangun Infrastruktur yang Andal dan Sesuai Regulasi
    Infrastruktur teknologi bukan sekadar fondasi operasional, tapi juga bagian dari tata kelola perusahaan. Matasigma membantu merancang arsitektur TI yang aman, skalabel, dan sesuai dengan regulasi seperti UU PDP (Perlindungan Data Pribadi) atau standar industri lainnya, sehingga perusahaan tetap patuh dan terhindar dari risiko hukum.
  4. Mendorong Kolaborasi Antar-Fungsi Bisnis
    Seperti yang ditekankan Nancy Avila, kolaborasi antara IT dan fungsi bisnis lainnya sangat penting. Matasigma berperan sebagai jembatan antara teknologi dan unit bisnis seperti keuangan, pemasaran, dan operasional, memastikan semua pihak bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
  5. Memberikan Pendampingan dalam Inovasi Digital yang Terarah
    Dunia teknologi berkembang cepat, dan banyak perusahaan bingung memilih mana inovasi yang layak diadopsi. Matasigma membantu UKM dalam mengevaluasi tren teknologi, melakukan uji coba bertahap, dan menerapkannya secara bertahap dan berbasis data, sehingga inovasi tidak hanya trendi, tapi juga bernilai nyata bagi bisnis.

Dengan dukungan Matasigma sebagai Virtual CIO, perusahaan—terutama UKM—dapat menjadikan teknologi sebagai enabler pertumbuhan, bukan sekadar biaya operasional. Matasigma memastikan bahwa setiap langkah teknologi selalu dikaitkan dengan nilai finansial, akuntabilitas, dan kepatuhan, sehingga investasi teknologi menjadi aset strategis yang berkelanjutan.