Willingness to Pay dan Willingness to Sell: Kunci Dasar Strategi Bisnis

Strategi adalah rencana untuk menciptakan nilai bagi pelanggan, karyawan, dan mitra. Dengan meningkatkan willingness to pay dan menurunkan willingness to sell, perusahaan bisa lebih kompetitif dan menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan

Dalam dunia bisnis, kata "strategi" sering terdengar rumit dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang dengan pengalaman tinggi. Padahal, jika kita lihat lebih dalam, strategi itu sebenarnya cukup sederhana. Strategi adalah rencana untuk menciptakan nilai [1]. Bukan sekadar fokus pada keuntungan semata, tetapi lebih kepada bagaimana sebuah perusahaan berencana menciptakan nilai bagi pelanggan, karyawan, dan mitra bisnisnya.

Bagaimana Strategi Bekerja?

Strategi bekerja dengan dua pendekatan utama: meningkatkan willingness to pay (kemampuan atau keinginan pelanggan untuk membayar) dan menurunkan willingness to sell (jumlah minimal yang akan diterima oleh karyawan atau pemasok agar tetap bekerja sama).

  • Willingness to Pay: Ini berkaitan dengan pelanggan. Semakin tinggi nilai yang dirasakan pelanggan dari suatu produk atau layanan, maka mereka akan lebih bersedia membayar mahal untuk itu. Contohnya, ketika kamu membeli secangkir kopi pagi hari, mungkin kamu rela membayar hingga Rp 70 ribu karena kamu merasa sangat membutuhkannya.
  • Willingness to Sell: Ini tentang karyawan dan pemasok. Jika pekerjaan di sebuah perusahaan terasa lebih baik—seperti punya suasana kerja yang menyenangkan, kesempatan promosi yang adil, atau fleksibilitas kerja seperti kerja dari rumah—maka karyawan akan lebih betah bekerja meskipun gaji tidak naik drastis. Artinya, willingness to sell mereka turun.

Contoh Nyata: Kisah Best Buy

Salah satu contoh nyata dari penerapan strategi ini adalah kisah Best Buy, sebuah toko elektronik besar di Amerika Serikat. Dulu, banyak orang mengira Best Buy akan bangkrut karena persaingan dengan Amazon. Tapi ternyata, mereka berhasil bangkit dengan strategi yang tepat.

Alih-alih membuat gudang besar untuk pengiriman online, Best Buy menggunakan toko-toko mereka sebagai pusat distribusi. Hasilnya? Pengiriman jadi lebih cepat dan pelanggan lebih puas. Ini meningkatkan willingness to pay.

Selain itu, Best Buy juga mengubah cara mereka menjual produk. Mereka bekerja sama dengan brand besar seperti Microsoft, Samsung, dan Lenovo untuk membuat “toko dalam toko” (store-in-store). Karyawan yang bekerja di area ini lebih spesifik dan tahu banyak tentang produk tertentu. Akibatnya, pekerjaan menjadi lebih mudah dan menyenangkan, serta willingness to sell pun turun. Hal ini terlihat dari survei kepuasan karyawan yang mencapai angka tertinggi setelah perubahan ini diterapkan [1].

Kesimpulan

Jadi, strategi bukanlah hal yang rumit. Intinya adalah menciptakan nilai sebanyak-banyaknya dengan dua cara utama: membuat pelanggan lebih bersedia membayar atau membuat karyawan dan mitra lebih senang bekerja sama tanpa harus memberikan upah yang lebih tinggi. Seperti yang dilakukan Best Buy, mereka berhasil bangkit dengan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan karyawan secara bersamaan.

Dengan begitu, profit atau keuntungan akan datang secara alami sebagai hasil dari penciptaan nilai tersebut.